Rabu, 05 April 2023

LEBIH PAHAM DENGAN TRANSMISI OTOMATIK

 

Mobil dengan transmisi otomatik semakin diminati, terutama di kota-kota besar dengan lalu lintasnya yang padat. Kondisi itu bisa dipahami karena pengemudi tidak lagi capek mengoperasikan kopling dan transmisi ketika laju mobil tersendat-sendat karena macet. Meski begitu, mobil dengan transmisi otomatik tersebut juga dikeluhkan oleh pemilik kendaraan, antara lain boros bahan bakar dan kampas rem.Mengapa mobil dengan transmisi otomatik boros akan bahan bakar? hal ini dikarenakan torque converter tetap berputar disaat mobil berhenti, artinya mesin membutuhkan bahan bakar lebih banyak dibandingkan dengan mobil yang menggunakan transmisi manual. Faktor ini juga menyebabkan mobil dengan transmisi otomatik menimbulkan gejala merayap di saat berhenti dengan tuas gigi berada di D dan pedal rem tidak di tekan.

Banyak pemakai kendaraan dengan transmisi otomatik hanya selalu menggunakan tuas gigi berada di D dan tidak pernah menggunakan overdrive atau OD. Padahal dengan memanfaatkan overdrive atau OD, konsumsi bahan bakar bisa di irit.

Kampas rem pada mobil dengan transmisi otomatik setiap 20.000 km harus sudah di ganti dengan yang baru. Sedangkan mobil dengan transmisi manual membutuhkan waktu yang agak lama yaitu setiap 50.000 km.

Hal tersebut disebabkan, pengemudi hanya menggunakan tuas gigi hanya berada di D dan tidak pernah memanfaatkan gigi D2 atau L. Terutama saat meluncur di turunan. Akibatnya, pemanfaatan engine brake sangat jarang atau tidak pernah sama sekali untuk memperlambat laju atau menghentikan mobil, hanya mengandalkan dari rem saja.

Otomatik bukan berarti membebaskan pengemudi tidak perlu ganti gigi dan injak kopling. Pada kondisi tertentu, misalnya untuk berakselerasi (OD OFF), saat meluncur di jalan bebas hambatan (OD ON), berhenti di lampu merah N, berada di jalan menurun D2 atau L.Ingat, posisi D3, D2 dan L pada pemindah gigi bukan sekadar panjangan, tetapi mempunyai fungsinya masing-masing.

Cara Benar dengan Transmisi Matik

Saat ini  kemacetan sudah menjadi menu tetap tiap pengendara. Karena terlalu rapat, sebentar-sebentar musti injak rem. Over transmisi, lalu gas lagi, rem lagi. Bikin kaki dan tangan pegal-pegal. Makanya, kendaraan dengan transmisi otomatis makin digemari. Cocok dengan jalur yang penuh kemacetan.

Memang menyenangkan. Namun, gunakanlah transmisi otomatis dengan benar. Bila tidak, salah satu akibatnya seperti yang dikeluhkan oleh seorang customer. Ada sedikit masalah pada transmisi otomatis mobilnya. Seperti ada yang mengganjal tiap kali akan menggeser stik transmisi dari R (mundur) ke P (parkir).

Bukan mustahil bila penyebab kasus ini adalah karena kerusakan pada lock pawl. Untuk menghindarinya, ikutilah gaya berkendara seperti ini:

Sehabis mundur (R), jangan langsung pindahkan transmisi ke posisi P (parkir) sebelum kendaraan berhenti.

Sebaiknya,  penggunaannya lebih halus. Berhenti dulu sebelum memindahkan ke posisi P. Bila tidak, dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem penguncian transmisi otomatis (lock pawl). Komponen ini dapat aus lebih cepat. Bila tidak diperbaiki, dapat menimbulkan suara kasar dan membuat macet perpindahan stick transmisi.

Padahal, lock pawl pada sistem transmisi otomatis sangat penting. Komponen ini dapat mencegah kendaraan `loncat` pada saat mesin distarter. Selain itu, lock pawl ini juga berfungsi sebagai pengunci as output transmisi. Sehingga, pada saat diposisikan `P` (parkir) kendaraan tidak bisa bergerak sama sekali. Artinya, tanpa perlu menarik handle handbrake pun mobil bertransmisi matik yang diparkir tidak akan maju mundur sendiri.

Nah, tergantung tingkat keausan lock pawl. Bisa saja dua fungsi penting tadi sama sekali hilang jika lock pawl rusak parah. Dan menggantinya perlu membongkar transmisi lebih dulu. Pasti lebih merepotkan. Jauh lebih aman bila kita mencegahnya dengan menggunakan transmisi otomatis secara halus.

Memanfaatkan Engine Braking saat Berkendara dengan Mobil Matik

Pada dasarnya engine braking tetap dapat digunakan pada mobil automatic (matic). Pemanfaatan engine braking yang dapat membantu menghemat kanvas rem bisa diperoleh dengan melakukan pemindahan tuas transmisi ke posisi transmisi yang lebih rendah (downshift). Setelah menginjak pedal rem dan kecepatan mobil berkurang, geserlah tuas transmisi dari posisi D (DRIVE) ke:

1. Ke posisi “3”, atau OFF-kan fungsi OVERDRIVE / OD pada transmisi yang masih menggunakan OVERDRIVE manual (dengan cara menekan tombol O/D yang terdapat pada tuas transmisi). Transmisi akan turun ke posisi roda gigi ketiga dan tidak akan bisa pindah ke roda gigi ke empat.

2. Pindah lagi ke posisi “2”. Transmisi akan turun ke roda gigi kedua saat kecepatan kendaraan turun dengan cepat ke kecepatan di bawah 90 ~ 80 km/j. Penggeseran ini membuat efek engine braking lebih kuat.

3. Pindah ke posisi “L”. Transmisi akan turun ke roda gigi pertama saat kecepatan kendaraan turun dengan cepat ke kecepatan di bawah 40 ~ 30 km/j. Di posisi ini engine braking didapat secara maksimum.

Lakukan ketiga hal diatas secara berurutan dari yang paling tinggi ke roda gigi yang paling rendah.Prinsipnya mirip dengan transmisi manual, engine braking diperoleh dengan melakukan perpindahan ke transmisi yang lebih rendah. Angka kecepatan yang kami sebutkan di atas harus disesuaikan pada masing-masing kendaraan (keterangannya ada di buku pedoman pemilik).

Memang, dengan perpindahan ini maka laju mobil agak terasa tersentak. Ini tanda engine braking bekerja. Sentakan tersebut dapat semakin kita kurangi dengan memperhatikan kecepatan mobil saat melakukan perpindahan posisi tuas transmisi.

Untuk kondisi jalan pada di medan yang menanjak atau menurun, engine braking bisa kita dapatkan tanpa harus memindah posisi tuas transmisi seperti diatas. Caranya adalah dengan menjalankan kendaraan dengan posisi tuas transmisi pada posisi "2". Posisi ini membuat transmisi tidak bisa berpindah dari posisi "2" ke gigi yang lebih tinggi dan efek engine braking pada saat kita mengurangi tekanan pedal gas akan lebih besar.

Atau bisa juga menggunakan posisi "L" saat posisi kendaraan berhadapan dengan jalan yang menanjak atau menurun curam (misalnya, di basement gedung). Pada posisi ini, gigi percepatan hanya dapat bergerak pada posisi roda gigi 1 saja.

Tetapi, posisi "2" atau "L" sebaiknya tidak digunakan dalam waktu yang lama. Kalau sudah berada di jalan datar, segera pindahkan transmisi ke posisi “D”. Hal ini untuk mencegah fluida transmisi dari mengalami overheating maupun kerusakan pada transmisi.

Mengontrol Kecepatan Bukan Sekadar Injak Pedal Rem

Pedal rem termasuk perangkat penting yang pasti kita gunakan tiap kali berkendara. Meskipun sangat akrab dan kita perlukan untuk mengontrol kecepatan kendaraan, ternyata penggunaannya tidak cukup sekadar asal injak pedal rem. Ada teknik-teknik pengereman yang sebaiknya kita kuasai.Di samping sebagai pengemudi kita harus mengatur jarak aman agar terhindar dari tabrakan atau benturan di jalan, ada tiga poin yang harus kita perhatikan saat melakukan pengereman.

1. Injaklah pedal rem secara halus, bukan mendadak dan sekali tekan. Penginjakan yang mendadak memungkinkan rem mengunci ban. Ini sangat berbahaya karena akan menyulitkan pengemudi dalam mengontrol arah mobil. Bagi pengendara yang mobilnya sudah dilengkapi dengan ABS (anti-lock braking system), ban terkunci akibat pengereman tidak akan terjadi bila kondisi ABS dalam keadaan normal. Meskipun telah dilengkapi ABS, sebaiknya menginjak pedal rem memang tidak secara mendadak. Kecuali, objek di sekitar kita memang muncul secara tiba-tiba sehingga kita harus secara drastis segera mengurangi laju mobil.

2. Jangan menekan pedal kopling secara penuh saat menginjak pedal rem. Mirip dengan poin satu, jika pedal kopling diinjak secara penuh, kita juga akan kesulitan mengendalikan laju kendaraan dan efek engine braking menjadi tidak ada.

3. Bantu pengereman dengan menggunakan engine brake. Caranya, selain menginjak pedal rem, setelah kecepatan kendaraan turun lakukan juga penurunan perseneling ke gigi yang lebih rendah. Engine brake membantu kita lebih menghemat kanvas rem.

Seperti disebutkan pada poin ketiga, selain terkait dengan masalah keselamatan, teknik mengerem ini juga perlu kita lakukan dalam rangka lebih memperpanjang usia komponen pada sistem pengereman, terutama kanvas rem. Dan yang tidak kalah penting, usahakan tetap mengontrol diri saat melakukan pengereman. Karena, pengereman akan sangat optimal bila Anda tidak panik.

Mengenal Toyota Avanza Matik

Transmisi automatic 4-speed yang dipakai Toyota Avanza, baik 1.5 S matik dan 1.3 G Matik dan kelak 1.3 E Matik didatangkan utuh dari Jepang dan bukan buatan Indonesia seperti transmisi manual Avanza. Kenapa harus dari Jepang, baca terus tulisan ini.

Avanza matik menawarkan kenyaman dan kemudahan terutama untuk penggunaan dalam kota karena kerja kaki kiri yang mengoperasikan kopling sudah tidak ada lagi. Pengemudi hanya menggunakan kaki kanan untuk menginjak pedal gas atau rem.

Manfaat lain, konsentrasi pengemudi tidak terpecah-pecah. Bayangkan jika menggunakan transmisi manual di tikungan macet menanjak . Pengemudi harus memutar roda kemudi, menekan gas, menjaga pedal kopling, menoleh kanan kiri memantau situasi diluar, mengontrol laju mobil dengan rem, berebut tempat dengan sepeda motor.

Lalu bayangkan dengan ini, kaki di pedal rem mengontrol laju mobil, memutar roda kemudi. Beres! Mobil bergerak sendiri dengan kecepatan rendah. Soal pindah gigi, menekan gas agar mobil bergerak, menjaga pedal kopling, semua sudah di urus mesin dan sistem transmisi matik. Pengemudi bisa sepenuhnya memantau situasi diluar dan mengarahkan mobilnya agar aman.

Tentu saja ada harga yang harus dibayar. Yang jelas konsumsi bahan bakar transmisi matik –bukan Avanza saja- lebih boros dari manual. Dan kampas rem lebih cepat habis jika pengemudi malas menggeser tuas ke posisi N jika berhenti dan malah menekan pedal rem seperti kebiasaan di manual.

Anatomi transmisi matik berbeda dengan manual. Transmisi manual terdiri dari kopling dan susunan gear. Kopling bertugas memisahkan aliran energi dari mesin ke transmisi. Saat pedal kopling ditekan, aliran energi di pisahkan. Saat itulah, tuas transmisi digerakkan untuk memindahkan gigi-gigi sesuai kebutuhan. Pengemudi jadi otaknya, dia yang menentukan kapan harus pindah gigi.

Pada transmisi matik, peran kopling diganti torque converter. Tidak ada susunan gigi-gigi, penggantinya adalah dua set planetary gear (untuk Avanza matik). Sedangkan perpindahan gigi dilakukan sistem hidrolis yang disebut Hydraulic Control System(HCS). Otaknya Electronic Control Transmission(ECT) yang dibisiki banyak sensor. Dia yang memerintahkan HCS untuk menaik-turunkan gigi atau menjaga gigi diputaran tertentu.

Torque conveter bisa disebut kopling otomatis. Tidak seperti kopling yang harus menempel untuk menyalurkan energi mesin, pada torque conventer tidak pernah nempel, energi dialirkan lewat fluida. Anda bisa membayangkan dua buah kipas angin berhadapan. Yang satu dihidupkan dan bilahnya akan berputar. Angin yang berhembus itu akan memutar bilah kipas didepannya. Itu prinsip dasarnya. Nah, pada torque conveter, fluida itu terperangkap dalam ruang tertutup. Jadi fluida yang mengalir akan kembali ke bilah awal dengan energi lebih besar dari semula sehingga putaran yang mengalir lebih kuat. Demikian seterusnya. Nah, selalu ada kondisi dimana mesin sudah berputar tapi aliran fluida itu belum cukup untuk memutar sistem transmisi. Disinilah biasanya bahan bakar terbakar percuma dan menurunkan efisiensi mesin.

Kerja planetary gears lebih rumit dari sistem gears pada manual. Kerjanya harus ditemani ‘asisten’ yang betugas mengerem/menahan gears dan bagian memutar. Kerja sistem dihidupkan oleh aliran fluida yang berasal dari hydraulic control system. Panel dibagian bawah sistem transmisi ini berupa jalur-jalur aliran fluida yang sangat rumit, halus dan berliku-liku. Karena itu, untuk memproduksi transmisi matik harus dilakukan diruang bebas debu. Karena satu debu saja bisa menyumbang satu pembuluh atau mengerosi saluran. Di Indonesia belum ada pabrik seperti ini, jadi didatangkan utuh dari Jepang.

Apa yang membedakan dengan transmisi matik lainya.? Pada Toyota Soluna misalnya. Sistemnya masih murni hidrolis-mekanis tidak dilengkapi sensor-sensor elektronis yang membantu mengoptimalkan kerja transmisi. Sistem safety juga ditingkatkn. ”Misalkan jika anda tidak sengaja memindahkan gigi dari D ke R,”  Pada transmisi Avanza, tuas tetap pindah, tapi sensor-sensor memberitahu ECT bahwa ini ’perintah ilegal’ yang harus ditangani dengan hati-hati. Sistem akan memperlambat mobil lalu pada pada titik aman, di kecepatan 3km/jam, baru benar-benar pindah ke gigi mundur. Pada transmisi lama, ini fatal.

Avanza tidak dilengkapi dengan overdrive switch. Overdrive artinya transmisi berputar lebih cepat dari putaran mesin. Manfaatnya, mobil melaju lebih kencang. Mudharatnya, torsi sangat kecil. Jika switch ini ditekan, sistem akan menahan supaya gigi tidak pindah ke overdrive. Di Avanza fungsi switch itu digantikan dengan gigi 3. Jika tuas di geser ke posisi 3, maka transmisi matik tidak akan pindah ke gigi empat yang biasanya overdrive. Jadi bila melaju di tanjakan atau turunan, tuas dipindahkan ke posisi ini untuk mendapatkan torsi. Jika dirasa kurang bisa pindah lagi ke 2.

Salah satu kelebihan Avanza Matik adalah start yang smoth dan tidak ada hentakan. Ini karena muslihat yang dilakukan ECT. Ketika start, ECT tidak memerintahkan hydraulic control system untuk meminta planetary gear set merubah diri jadi gigi satu, tapi malah langsung ke gigi 2. Namun ’pembakangan’ itu hanya sesaat saja. Begitu mobil beranjak, langsung komposisi planetary gear berubah lagi ke posisi gigi 1 untuk mendapatkan torsi maksimal dan bergarak penuh tenaga.

”Kerja transmisi automatic sangat tergantung pada fluida yang dipakai atau disebut Automatic Transmission Fluida (ATF). Jadi patuhi rekomendasi pabrikan untuk mendapatkan kinerja optimal,” saran :Avanza menggunakan Dextron yang diganti tiap 40,000km.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa penyebab banting klep

 Banting klep atau knocking yang terjadi pada kendaraan disebabkan oleh beberapa hal berikut ini: 1. Timing pengapian yang terlalu maju 2. P...