Dua
Pemeriksaan untuk Pastikan Tenaga yang Berkurang
Besar kecilnya tenaga yang
dihasilkan oleh mesin seharusnya tidak dipengaruhi oleh jarak tempuh. Jika tenaga
semakin kecil atau bahkan mesin terasa tak bertenaga saat kendaraan sudah
menempuh jarak yang jauh (dalam waktu yang lama) berarti ada sesuatu yang
menggangu kinerja mesin kita. Anda patut bertanya-tanya, dan silakan manfaatkan
layanan konsultasi SMART FM BENGKEL KLINIK agar permasalahan menjadi lebih jelas.
Dilihat dari kasusnya,
kemungkinan besar gejala seperti ini dipicu oleh overheating akibat sistem
pendinginan tidak bekerja dengan baik. Kaitannya dengan overheating memang
erat. Mesin yang overheating akan membuat beberapa komponen (misalnya, piston
dan silinder) di mesin memuai secara berlebihan. Akibatnya, gerakan
komponen-komponen di mesin menjadi berat karena gesekan antar bagian. Itulah
yang membuat output tenaga yang dihasilkan pun merosot. Jika tetap dipaksakan,
mesin dapat mogok.
Selain overheating, penyebab
lainnya adalah tidak normalnya sistem pengapian, bisa karena koil, kabel busi
maupun busi itu sendiri. Mungkin saja kondisi komponen-komponen tersebut sudah
tidak baik sehingga mudah terpengaruh oleh panas kendaraan. Saat panas,
hambatan yang terdapat pada komponen tersebut menjadi besar. Pada akhirnya,
percikan api dari busi juga menjadi lebih kecil. Percikan yang kecil
menyebabkan bahan bakar tidak terbakar secara sempurna, otomatis tenaga yang
dihasilkan menjadi berkurang.
Jadi, pertama, untuk memastikan
sistem pendingin mobil Anda masih bekerja dengan baik, periksalah kualitas air
radiator, sirkulasi air, radiator, selang-selang penghubung radiator ke mesin
atau mungkin kipas pendingin. Jika ternyata semua dalam kondisi baik-baik saja,
ini langkah yang kedua, alihkan perhatian ke komponen pada sistem pengapian
untuk memastikan masih layak atau tidaknya komponen-komponen tersebut.
Sebetulnya, pada saat melakukan
servis berkala, dua pemeriksaan penting di atas sudah pasti dilakukan. Agar
berkendara menjadi lebih aman, nyaman serta komponen lebih terawat, lakukanlah
service rutin.
Menjaga
Tutup Radiator, Mencegah Overheating
Ilmu berharga dalam merawat
mobil. Suatu ketika, saat menempuh perjalanan keluar kota. mesin mobilnya
mengalami overheating. Setelah mobil diparkir dan kap mesin dibuka, ternyata
radiatornya tidak berpenutup. Inilah yang menyebabkan sistem pendingin mesin
tidak bekerja dengan baik sehingga air radiator tidak dapat mendinginkan mesin.
Beruntung tutup radiator hanya jatuh dan terselip di sela-sela mesin.
Setelah kejadian itu,
terinspirasi ide kreatif. Demi mencegah terulangnya kasus tutup radiator yang
jatuh, "Ada baiknya dipasangi rantai kecil".Dengan cara ini dapat
memperkecil kemungkinan tutup radiator jatuh atau pengendara lupa memasang
kembali tutup radiator setelah memeriksa air radiator.
Terjadi overheating karena
ternyata radiator tidak berpenutup. Sehabis membuka tutup radiator dalam rangka
memeriksa kuantitas dan kualitas air, mereka pada umumnya lupa untuk memasang
kembali. Akibatnya, ketika mobil dioperasikan lama kelamaan mesin mengalami
overheating.
Dengan bentuknya yang kecil
memperbesar kemungkinan kita terlupa, atau kehilangan benda ini setelah melepasnya
dari radiator. Padahal, tutup radiator memegang peran penting. Ada dua katup
dalam komponen ini, yaitu: katup tekan dan katup vakum. Kedua katup ini secara
bergantian mengeluarkan dan menghisap sehingga air berputar dari tangki
reservoir (tangki cadangan) ke radiator.
Meskipun begitu, seperti pernah
kami ulas ketika membahas cara merawat sistem pendingin, kami menyarankan agar
pemeriksaan air radiator tidak perlu dengan buka tutup radiator, tetapi dengan
melihat air di tangki cadangan. Buka tutup radiator cukup dilakukan pada saat
menguras air radiator. Terlalu sering membuka tutup radiator akan memperbesar
peluang katup buka atau katup tutup mengalami kerusakan. Bila terjadi
kerusakan, otomatis kerja komponen ini terganggu.
Cara
Menguras dan Mengisi Ulang Air Radiator
Radiator dan sistem pendingin
termasuk bagian penting yang mendukung kelancaran kerja mesin mobil. Salah
penanganan, bukan mustahil bila di perjalanan mobil Anda malah mengalami mogok
gara-gara overheating. Di antara sekian banyak kesalahan, kekeliruan yang cukup
sering terjadi misalnya adalah saat menguras dan mengisi air radiator.
Agar tidak keliru, berikut ini
langkah-langkah dalam menguras dan mengisi ulang air radiator:
1. Buka sumbat radiator (letaknya di bagian
bawah radiator), lalu buka tutup radiator dan biarkan alir mengalir keluar.
2. Setelah semua air keluar,
tutup sumbat radiator dan mulailah menuangkan air dari penutup radiator sampai
penuh (paling baik menggunakan air suling dan menambahkan aditif/coolant).
Untuk kendaraan yang dilengkapi dengan katup pembuang udara seperti Avanza,
pada waktu mengisi air, katup ini dibuka hingga air keluar melalui katup ini.
3. Setelah penuh, silakan menutup
radiator rapat-rapat.
4. Hidupkan mesin dengan posisi
AC off. Biarkan mesin hidup sampai kipas elektrik berputar, lalu matikan mesin.
Jangan lupa, di tahap ini Anda harus memeriksa selalu temperatur gauge di
dashboard, dan segera matikan mesin bila temperatur naik melewati batas. untuk
kendaraan yang tidak menggunakan kipas elektrik, bisa dengan melihat indikator
temperatur di dashboard sampai jarum menunjuk posisi setengah.
5. Buka kembali penutup radiator
saat mesin sudah dingin. Lalu, periksa apakah air masih tampak penuh. Jika ya,
berarti proses mengisi air radiator telah selesai dan Anda bisa langsung ke
langkah no 7. Tapi jika tidak, tambahkan kembali sampai batas mencapai
maksimum.
6. Tutup kembali radiator dan
ulangi langkah 4-5 di atas.
7. Periksa juga tangki cadangan
air radiator. Permukaan air harus di atas batas "MINIMUM".
Tahap selanjutnya perlu kita
lakukan untuk memastikan bahwa kuantitas air yang harus kita masukkan sudah
sesuai dengan yang dibutuhkan sistem pendinginan mesin. Secara teknis, sewaktu
kita mengisi air radiator dengan kondisi mesin dingin, maka ada kemungkinan air
tidak sampai ke bagian mesin yang berada jauh dari radiator. Dan ketika
temperatur naik saat mesin dihidupkan, maka air dalam radiator akan tersedot
dan bersirkulasi ke mesin. Itulah yang membuat kuantitasnya tampak berkurang
ketika penutup radiator dibuka kembali saat mesin telah dingin.
Nah, inilah yang patut dihindari.
Pastikan kuantitas air radiator cukup tiap kali mengisi kembali air radiator.
Matikan
Air Conditioner, Kurangi Beban Mesin
Di antara objek yang harus sering
kita lihat saat berkendara adalah indikator-indikator yang terletak di
dashboard. Salah satunya adalah indikator yang menunjukkan temperatur mesin.
Jika jarum indikator menunjukkan ke level HOT, Anda harus waspada. Bila
kecenderungan temperatur terus naik, coba matikan pendingin (AC) untuk
mengurangi beban mesin agar mobil yang Anda kendarai terhindar dari
overheating.
Setelah berada di tempat yang
aman, segera lakukan pemeriksaan pada sistem pendingin mesin. Bukan tak mungkin
penyebabnya sangat sederhana: yaitu, air radiator mobil Anda nyaris habis.
Kecenderungan ini kerap dialami para pengendara, terutama bagi mereka yang
jarang memeriksa kuantitas dan kualitas air radiator.
Pada sistem pendingin yang
bekerja dengan sempurna, kuantitas air radiator memang tidak pernah berkurang.
Jumlah air di tangki reservoir (cadangan) akan selalu berada di antara garis
MAX dan MIN. Hanya ada dua kemungkinan besar yang memicu air radiator
berkurang. Pertama, terjadi kebocoran pada sistem radiator, baik kebocoran di
pompa air, radiator, selang-selang maupun pipa-pipanya. Kedua, kondisi tutup
radiator yang tidak bagus sehingga fungsi katup tekan dan hisapnya tidak
bekerja dengan baik yang berakibat sirkulasi air radiator dari tangki ke mesin
terganggu.
Kedua penyebab di atas banyak
dipengaruhi oleh faktor usia. Mungkin saja terjadi kebocoran di pompa air,
selang-selang, pipa, radiator maupun tutup radiator karena korosi. Semakin lama
usia kendaraan, semakin besar terjadi kemungkinan bocor dan tutup radiator yang
tidak normal.
Meskipun demikian, sebagai
pengendara kita dapat memperpanjang usia dengan melakukan penggantian air
radiator sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan oleh pabrikan. Akan lebih
jauh juga jika Anda menggunakan air khusus untuk sistem radiator.
Waspadai
Mesin Tak Stabil Saat Idle
Konsumsi bahan bakar minyak (BBM)
yang boros bukan hanya disebabkan oleh gaya berkendara yang tidak tepat, jalan
macet, melainkan juga bisa dipengaruhi dari setingan mesin kendaraan kita.
Terutama dari pengaturan campuran bahan bakar dan udara yang kurang pas. Bisa
jadi, pengaturan perbandingan bahan bakar mesin tidak tepat sehingga membuat
campuran menjadi “gemuk”. Disebut “gemuk” karena pasokan bahan bakar ke ruang
bakar lebih besar dari yang dibutuhkan.
Itu sebabnya, pengaturan campuran
udara dan bahan bakar mempengaruhi boros tidaknya konsumsi bbm. Nah, untuk
mengetahui pas atau tidaknya pengaturan tersebut, caranya sangat mudah. Salah
satunya dapat kita deteksi ketika mesin dalam posisi idle. Jika RPM mesin turun
naik, ini pertanda pengaturan perbandingan bahan bakar dan udara yang kurang
pas. Seharusnya, setelah kunci kontak diputar ke posisi START dan mesin hidup,
RPM tetap stabil saat pedal gas kita diamkan.
Karena itu, waspadai mesin yang
tidak stabil dalam posisi idle. Selain mengakibatkan konsumsi yang lebih boros,
sangat mungkin mesin tiba-tiba mati saat mobil tengah kita pacu di tengah di
jalan.
Cara mengetahui pengaturan
campuran bahan bakar dan udara yang kurang pas dengan metode lebih sederhana
adalah melalui uji emisi gas buang. Coba saja ikuti kegiatan uji emisi gratis
yang sering Agung Automall adakan melalui
program TOYOTA MOBILKU.
Bila pada kertas hasil test tertera kadar HC dan CO yang terlalu tinggi,
berarti bahan bakar yang masuk ke ruang bakar terlalu besar daripada yang
dibutuhkan akibat pengaturan yang tidak pas.
Solusinya sederhana. Tinggal
mengatur kembali perbandingan campuran bahan bakar dan udara di kendaraan.
Setiap melakukan servis rutin di bengkel pun biasanya mekanik melakukan
pemeriksaan dan penyetelan rasio bahan bakar dan udara yang terbakar atau
sering disebut setel CO.
Meskipun demikian, bukan tak
mungkin bila penyetelan sudah pas tetapi pembakaran bbm tetap tidak sempurna.
Untuk memastikannya, lakukanlah pemeriksaan throttle body. Kemungkinan besar
komponen tempat mengalirnya udara ini kotor dan mengganggu kelancaran aliran
udara ke ruang bakar.
Selain itu, periksa juga sistem
pengapiannya. Barangkali ada busi yang sudah mati, coil sudah aus atau
tahanan-tahanan pada kabel busi pengapian terlalu tinggi.
Jika
Mesin Tak Kuat Saat AC Dihidupkan
Suhu di Indonesia lumayan panas.
Karena itu, bagi para pengendara, Air Condition (AC) sudah menjadi kelengkapan
standar. Tak akan terasa nyaman bila berkendara tanpa dihembus dinginnya AC.
Apalagi, bila jalur yang dilewati padat dan kerap dilanda kemacetan.
Namun, agar bisa benar-benar
bekerja dengan baik, AC juga butuh performa mesin yang prima. Jika tidak, bukan
mustahil tiap hendak menghidupkan AC, mesin tidak kuat. Seakan-akan mesin akan
mati sehingga kita terdorong untuk menginjak pedal gas. Mesin memang tetap
hidup sepanjang pedal gas terus diinjak.
Pada umumnya, kasus seperti di
atas muncul karena penyetelan RPM (putaran per menit) tidak ideal. Penyetelan
yang ideal adalah penyetelan yang menyesuaikan antara putaran mesin dan beban
yang harus diangkat mesin. Beban utama yang harus diangkat mesin adalah berat
fisik kendaraan beserta muatannya. Selain itu, yang juga menjadi beban mesin
adalah kompresor AC saat dihidupkan. Mesin akan terasa mau mati bila beban
tidak sesuai dengan putaran mesin.
Nah, untuk menyesuaikan beban dan
putaran mesin itulah penyetelan RPM diperlukan. Idealnya, pada saat idle (AC
tidak dihidupkan) kurang lebih 800 RPM. Apabila idle dengan kondisi AC hidup,
kurang lebih 900 RPM. Bila penyetelah mesin adalah 800, tapi AC dihidupkan,
maka mesin akan cenderung mati.
Biasanya, saat kendaraan di tune
up, akan selalu dilakukan penyetelan RPM. Ini sudah prosedur standar di setiap
bengkel mobil. Hanya, tidak semua mobil membutuhkan penyetelan. Tergantung
sistem bahan bakar yang digunakan.
Penyetelan akan sangat dibutuhkan
pada mobil-mobil yang menggunakan sistem bahan bakar karburator. Pada mobil
yang menggunakan sistem bahan bakar injeksi, ada yang memerlukan penyetelan
manual, ada juga yang sudah otomotis dilakukan oleh komputer mesin.
Perlu diingat, penyetelan harus
dilakukan secara periodik. Karena, getaran yang ditimbulkan mesin membuat baut
setelan RPM berubah, atau mengendor. Sebaiknya penyetelan dilakukan setiap
10.000 km, atau setiap kali di-tune up.
Jadi, jangan lupa untuk tune up
mobil Anda secara periodik. Selain RPM akan disetel, juga untuk memeriksa
komponen-komponen yang berpotensi rusak. Misalnya, busi, platina, kondensor,
van belt, saringan udara, saringan bensin, atau saringan solar pada mobil
berbahan bakar diesel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar